Keinginan
Setiap manusia pastinya punya keinginan kan. Entah itu ingin kaya, ingin juara 1, ingin pintar, dan sebagainya. Aku pun begitu. Aku ingin sekali kembali ke laut. Bertemu dengan ibu dan kakak-kakak. Sudah sangat lama sekali aku tidak melihatnya. Aku sangat rindu kepada mereka.
Bapak menyuruhku untuk bersabar. Ia berkata bahwa aku akan kembali dan bertemu ibu tidak lama lagi. Tapi pernyataan itu sudah sangat lama sekali. Sudah hampir 3 tahun dan pernyataan itu belum juga terpenuhi. Hm, aku sekarang menjadi heran, apa keadaan di laut masih sama. Si orang jahat itu apakah masih belum pergi? "Bapak aku ingin ke laut. Aku rindu ibu dan kakak," rengekku kepada bapak yang baru ingin berangkat memancing. "Sabar ya Le, sebentar lagi," jawab bapak meyakinkanku. Mendengar itu aku mengangguk dan bapak pamit pergi mencari ikan.
Setiap pagi aku selalu duduk di balkon rumah. Menikmati pemandangan pantai dan tak lupa, rupa Kak Jo yang sedang mengendarai jet skinya. Bersantai sambil menikmati udara yang amat segar memang perpaduan yang cocok. Tapi anehnya, tadi pagi aku tidak melihat Kak Jo. Padahal dia tidak pernah absen dalam mengendarai jet ski di pagi hari.
"Pak, Kak Jo kemana sih? Aku sudah dari tadi tidak melihat dia," tanyaku kepada bapak yang sedang menyantap sarapannya di meja makan. "Oh, Kak Jo sedang membantu memindahkan manusia laut."
Mendengar itu otakku penuh dengan pertanyaan. Apakah keadaan laut sedang tidak aman? Apa yang menyebabkan mereka dipindahkan? Apakah ibu dan kakak akan baik-baik saja atau malah ikut dipindahkan? Jika keadaan laut sedang tidak aman, maka bagaimana aku bisa kembali ke laut? Dan keinginanku untuk kembali ke laut pun diurungkan. Rasa kecewa dan takut menjadi satu. Aku coba bertanya kepada bapak tentang penyebab mereka dipindahkan. Tapi bapak tidak tahu alasannya. Ia menyuruhku untuk menanyakan itu ke Kak Jo seusai ia menjalankan tugasnya.
~~~
Aku hampiri Kak Jo sedang duduk santai di halaman rumahnya yang sudah menjadi kebiasaannya di sore hari. Sesuai dengan perkataan bapak tadi yang menyuruhku untuk langsung menanyakan alasan mereka dipindahkan ke Kak Jo. "Kak Jo!" teriakku berlari menghampiri Kak Jo yang mulai menatapku seakan mata itu mewakilkan telinga yang siap mendengar pembicaraanku.
"Kak, aku dengar kakak membantu memindahkan mereka ke darat,"
"Ya betul, ada apa?" tanya Kak Jo seraya mengangkat alisnya penasaran. "Aku penasaran, apa yang menyebabkan mereka dipindahkan?"
"Hm, sebenarnya penyebabnya masih belum diketahui pasti. Tapi sang pemuka menebak bahwa terjadi kericuhan disana." Aku mengangguk mendengar jawaban Kak Jo yang matanya sudah beralih kembali menatap pantai yang disertai ombak kecil yang bergerak mendekat lalu menjauh secara beraturan.
"Sebentar, kericuhan? Apakah si orang jahat itu membuat ulah lagi? Atau manusia? Atau peperangan antarsuku?" tanyaku kembali. Kulihat wajah Kak Jo yang sedikit kesal akibat rentetan pertanyaan yang aku lontarkan. "Soal itu aku tidak tahu pasti karena sang pemuka tidak menjelaskan lebih dalam tentang itu." jawabnya.
"Namun, menurutku si orang jahat itu belum pergi. Apa kau melihat wajahnya di permukaan?" tebak dan tanyanya. Aku hanya membalas dengan gelengan. Aku bahkan belum pernah sama sekali melihat wajahnya. Mungkin pernah tapi sudah lama sekali jadi aku tidak ingat. "Ini aneh. Jika tebak kan ku benar, maka ia pandai bersembunyi. Atau mungkin ada pasukan yang diutus untuk menjaganya agar tidak ketahuan?" jelas Kak Jo. Kini mukanya sedikit lebih serius, "baiklah sekarang bukan waktunya memikirkan tentang ini. Mari kita percayakan masalah ini ke sang pemuka," kata Kak Jo, "Oh, dan kau, Andre. Cepat pulang itu Bapakmu sudah teriak-teriak memanggilmu!" Aku menoleh dan berpamitan ke Kak Jo yang masih terkekeh.
Kalian harus tahu ini ya. Jika aku pulang melewati waktu Maghrib, maka nasibku di hadapan Bapak hanya Tuhan yang tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar