Kamis, 15 April 2021

Menyelam Menuju Mimpi [2]

Keinginan

Setiap manusia pastinya punya keinginan kan. Entah itu ingin kaya, ingin juara 1, ingin pintar, dan sebagainya. Aku pun begitu. Aku ingin sekali kembali ke laut. Bertemu dengan ibu dan kakak-kakak. Sudah sangat lama sekali aku tidak melihatnya. Aku sangat rindu kepada mereka.

Bapak menyuruhku untuk bersabar. Ia berkata bahwa aku akan kembali dan bertemu ibu tidak lama lagi. Tapi pernyataan itu sudah sangat lama sekali. Sudah hampir 3 tahun dan pernyataan itu belum juga terpenuhi. Hm, aku sekarang menjadi heran, apa keadaan di laut  masih sama. Si orang jahat itu apakah masih belum pergi? "Bapak aku ingin ke laut. Aku rindu ibu dan kakak," rengekku kepada bapak yang baru ingin berangkat memancing. "Sabar ya Le, sebentar lagi," jawab bapak meyakinkanku. Mendengar itu aku mengangguk dan bapak pamit pergi mencari ikan.

Setiap pagi aku selalu duduk di balkon rumah. Menikmati pemandangan pantai dan tak lupa, rupa Kak Jo yang sedang mengendarai jet skinya. Bersantai sambil menikmati udara yang amat segar memang perpaduan yang cocok. Tapi anehnya, tadi pagi aku tidak melihat Kak Jo. Padahal dia tidak pernah absen dalam mengendarai jet ski di pagi hari.

"Pak, Kak Jo kemana sih? Aku sudah dari tadi tidak melihat dia," tanyaku kepada bapak yang sedang menyantap sarapannya di meja makan. "Oh, Kak Jo sedang membantu memindahkan manusia laut."

Mendengar itu otakku penuh dengan pertanyaan. Apakah keadaan laut sedang tidak aman? Apa yang menyebabkan mereka dipindahkan? Apakah ibu dan kakak akan baik-baik saja atau malah ikut dipindahkan? Jika keadaan laut sedang tidak aman, maka bagaimana aku bisa kembali ke laut? Dan keinginanku untuk kembali ke laut pun diurungkan. Rasa kecewa dan takut menjadi satu. Aku coba bertanya kepada bapak tentang penyebab mereka dipindahkan. Tapi bapak tidak tahu alasannya. Ia menyuruhku untuk menanyakan itu ke Kak Jo seusai ia menjalankan tugasnya. 

~~~

Aku hampiri Kak Jo sedang duduk santai di halaman rumahnya yang sudah menjadi kebiasaannya di sore hari. Sesuai dengan perkataan bapak tadi yang menyuruhku untuk langsung menanyakan alasan mereka dipindahkan ke Kak Jo. "Kak Jo!" teriakku berlari menghampiri Kak Jo yang mulai menatapku seakan mata itu mewakilkan telinga yang siap mendengar pembicaraanku.

"Kak, aku dengar kakak membantu memindahkan mereka ke darat,"

"Ya betul, ada apa?" tanya Kak Jo seraya mengangkat alisnya penasaran. "Aku penasaran, apa yang menyebabkan mereka dipindahkan?"

"Hm, sebenarnya penyebabnya masih belum diketahui pasti. Tapi sang pemuka menebak bahwa terjadi kericuhan disana." Aku mengangguk mendengar jawaban Kak Jo yang matanya sudah beralih kembali menatap pantai yang disertai ombak kecil yang bergerak mendekat lalu menjauh secara beraturan.

"Sebentar, kericuhan? Apakah si orang jahat itu membuat ulah lagi? Atau manusia? Atau peperangan antarsuku?" tanyaku kembali. Kulihat wajah Kak Jo yang sedikit kesal akibat rentetan pertanyaan yang aku lontarkan. "Soal itu aku tidak tahu pasti karena sang pemuka tidak menjelaskan lebih dalam tentang itu." jawabnya.

"Namun, menurutku si orang jahat itu belum pergi. Apa kau melihat wajahnya di permukaan?" tebak dan tanyanya. Aku hanya membalas dengan gelengan. Aku bahkan belum pernah sama sekali melihat wajahnya. Mungkin pernah tapi sudah lama sekali jadi aku tidak ingat. "Ini aneh. Jika tebak kan ku benar, maka ia pandai bersembunyi. Atau mungkin ada pasukan yang diutus untuk menjaganya agar tidak ketahuan?" jelas Kak Jo. Kini mukanya sedikit lebih serius, "baiklah sekarang bukan waktunya memikirkan tentang ini. Mari kita percayakan masalah ini ke sang pemuka," kata Kak Jo, "Oh, dan kau, Andre. Cepat pulang itu Bapakmu sudah teriak-teriak memanggilmu!" Aku menoleh dan berpamitan ke Kak Jo yang masih terkekeh. 

Kalian harus tahu ini ya. Jika aku pulang melewati waktu Maghrib, maka nasibku di hadapan Bapak hanya Tuhan yang tahu.







Jumat, 09 April 2021

Menyelam Menuju Mimpi [1]

Hai kenalin nama aku Andre Darmawan Cullen yang biasa dipanggil Andre. Kalian percaya dengan manusia laut? Hmm, orang-orang biasanya menyebutnya duyung. Bukan, bukan duyung. Kalian tahukan kartun SpongeBob SquarePants. Yak, semacam itu yang kumaksud. Tapi dengan wujud manusia. Manusia yang hidup di laut. Aku? Hmm, entah saat aku beri tahu soal ini kalian akan percaya atau tidak. Aku merupakan salahsatu dari kelompok itu. Aku memang tinggal di darat, tapi sejak kecil sampai umurku sekitar 1-2 tahun, aku tinggal di laut. 

Keadaan saat itu memang sangat kacau. Beberapa dari kami harus pergi ke pinggir pantai. Aku masih belum mengetahui alasan mereka harus dipindahkan. Bukan hanya mereka tapi juga aku. Kata bapak karena ada manusia jahat yang ingin mengetahui keberadaan kami. Bapakku memang tinggal di darat, tempat tinggalnya ada di dekat pantai. Pantai saat itu sangat ramai. Bukan karena banyak turis yang berkunjung. Tapi dari kalangan kami yang terpaksa dipindahkan. Kami harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang lebih panas daripada tempat tinggal kami yang dulu. Aku melihat mereka sangat kehausan dibawah teriknya matahari. Aku sudah lebih dulu masuk ke rumah bapak jadi tidak merasakan panas tersebut. Bapak menyuruh mereka untuk juga masuk dan berteduh di rumah. Aku sangat bangga mempunyai bapak yang sangat baik dan peduli.

Oiya, aku belum sempat mengenalkan kalian dengan salah satu temanku yang bertugas membantu kami pindah. Kenalkan nama dia adalah Jonathan Gunari. Aku biasa memanggilnya Jo. Dia bertugas dengan menggunakan jet ski. Aku sangat kagum melihatnya yang sangat bergembira dengan tugasnya. Jarak umur kami memang sangat jauh. Hmm, sekitar 10 tahun. Dengan rambut  berwarna sedikit pirang yang menutupi telinga dan berantakan akibat hembusan angin, dia tampak lebih keren. Sedangkan aku? Dengan warna rambut hitam pekat dan merupakan anak rumahan hanya melihat kagum pada dirinya dari balkon rumah. Hmm, iri sekali dengannya yang sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan darat yang sangat panas ini. 

Bapak tinggal bersama dengan bibiku. Elisabeth Emery Darmawan namanya. Ia sangat telaten dalam memasak dan mengurus rumah. Ia mempunyai anak bernama Adi yang berumur 23 tahun yang mengharuskannya merantau untuk bekerja. Aku di rumah hanya bersama dengan bapak dan bibi.  Pasti setiap sore aku selalu bermain di tepi pantai walau hanya sebentar. Sedangkan bapak harus bekerja sebagai nelayan dari malam sampai pagi.  Oh, sekarang sudah waktunya aku makan malam, sudah dulu ya. Perkenalan kita sampai sini dulu, nanti akan aku bagikan cerita-cerita menarik lainnya di lain waktu. Babay.

pemandangan sore hari dari balkon rumah



Lihat mentari yang terbit di timur bumi
Dengarkan kicau burung merdu yang bernyanyi
Tersenyumlah dan ucapkan semangat pagi
Tandanya kau siap untuk memulai hari
Kejarlah mimpi tanpa berhenti
Percayalah semua akan terjadi
Aku bisa jadi apa saja
Setinggi langit di angkasa yang tak ada batasnya
Aku bisa kalau aku mau
Cita-cita dan mimpiku
Setinggi langit


Sekolah Favorit, SMP Islam Al Azhar 8

SMP Islam Al Azhar 8 Kemang Pratama